MAGELANG- Seluruh pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Magelang siap mundur jika terindikasi melakukan tindakan korupsi. Kesanggupan mundur dari jabatan Wali Kota dan Wakil Wali Kota itu dituangkan dalam kontrak politik dengan Badan Eksekutif Mahasiswa bersama gerakan mahasiswa Magelang (BEM Bergema).
Puluhan mahasiswa yang berasal dari BEM UTM, UMM, STIMIK Bina Patria dan Akatirta didukung berbagai organisasi gerakan mahasiswa Magelang, seperti KAMMI, PMII, HMI dan IMM berhasil ‘memaksa’ keempat pasangan calon menandatangani kontrak politik dalam unjuk rasa di halaman gedung DPRD kemarin. Unjuk rasa yang dilakukan bersamaan penyampaian visi misi pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Magelang mendapatkan pengawalan ketat dari petugas kepolisian bersama Satpol PP.
Usai menyampaikan visi dan misi dalam rapat paripurna istimewa DPRD setempat, puluhan mahasiswa sudah menunggu di luar gedung. Tak alasan untuk menghindar, mereka pun memenuhi tuntutan mahasiswa itu. Secara bergantian, mereka menandatangani kontrak politik di atas kertas bermaterai Rp 6.000. Di awali pasangan Sigit Widyonindito-Joko Prasetyo, kemudian Budiyarto-Titik Utami dan Koentjoro-Rahajeng Eny Rahayu. Terakhir pasangan Senen Budi Prasetyo-Kholid Abidin.
Agung Nugroho, Koordiator BEM Bergema menyatakan kontrak politik ini sebagai bukti kalau mereka siap memperjuangkan kepentingan rakyat. Tuntutan yang disampaikan dalam kontrak politik itu juga realistis mengingat Kota Magelang memerlukan perubahan sebagi tolak ukur keberhasilan seorang pemimpin. “Memang tidak mudah, tetapi dengan kesungguhan semua pasti bisa,” ungkapnya.
Dalam kontrak politik itu terdapat delapan point, selain siap mundur jika terindikasi korupsi, juga berkomitmen memberantas korupsi, meningkatkan UMK serta membuka peluang kerja seluas-luasnya. Mereka juga siap mengoptimalkan pedagang pasar tradisional, memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat, membatasi pasar modern dan menyelenggarakan pendidikan gratis SD, SMP dan SMA.
Dalam unjuk rasa itu, mahasiswa melakukan orasi secara bergantian. Puluhan poster yang mengkritisi pelaksanaan Pilkada Kota Magelang pun dibentangkan di depan gedung wakil rakyat itu. Mereka menyerukan agar masyarakat beranu menolak Pilkada busuk. “Terima uangnya, tapi jangan pilih orangnya,” seru mereka. (uui)
DALAM MASA PERJUANGAN YAKINLAH DALAM IDIOLOGI AGAR PERJUANGAN TERWUJUD. SALAM IMM DARI ALUMNI IMM 2004-2008 YUSUF SUSANTO ACEH
BalasHapus